Jumat, 17 April 2009

Anand Kreshna Menohok Islam & Menyesatkan Umat

CONTOH NYATA BAHAYA PEMAHAMAN
YANG INTINYA PLURALISME DAN TASAWUF

Anand Kreshna keturunan India kelahiran Solo Jawa Tengah, sangat produktif menulis buku (sekitar 30-an buku) dan diterbitkan oleh Gramedia --kelompok Kompas yang dikenal dengan kelompok Katolik terkemuka. Dengan buku-bukunya itu Anand yang tak jelas agamanya (tampaknya Hindu) ini menyebarkan faham yang sangat menohok Islam, menyesatkan Ummat Islam, dan bahkan menyeret ke pemahaman model pluralisme (semua agama sama dan paralel), diaduk dengan ajaran tasawuf sesat wihdatul wujud (manunggaling kawula Gusti, menyatunya makhluk dengan Tuhan). Hanya saja anehnya, dalam buku-bukunya itu dia satu sisi mengingkari Tuhan itu sendiri dengan berbagai aturan-Nya atau Syari’at-Nya.

Anehnya, pemikiran yang sangat berbahaya bagi Ummat Islam itu justru didukung oleh orang-orang dari Yayasan yang disebut Yayasan Wakaf Paramadina di Jakarta yang dirintis oleh Nurcholish Madjid alumni Chicago Amerika Serikat 1985 dan Utomo Dananjaya, serta sebagian orang IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sehingga ketika salah satu buku Anand Kreshna dibedah di lingkungan IAIN Jakarta oleh DR Komaruddin Hidayat serta Dr Kautsar Azhari Noer, keduanya dosen di kampus itu --menurut sumber terpercaya yang hadir di acara itu— dua dosen ini menyatakan bahwa di dalam Islam, faham reinkarnasi (nyawa orang meninggal balik lagi ke bumi dan berpindah ke jasad yang baru lagi) adalah dibenarkan. Bahkan disebut sebagai bukti keadilan Tuhan. Lalu Lia Aminuddin tokoh (wanita) sesat yang memproklamirkan agama baru bernama Salamullah dan mengaku dirinya sebagai Imam Mahdi pun dalam majelis bedah buku itu mengemukakan bahwa faham reinkarnasi itu adalah benar. Maka ditantanglah oleh seorang yang hadir, agar acara itu segera dibubarkan. Karena, kalau tidak, maka jelas akan menyesatkan Ummat Islam. Terjadilah semacam keributan, kemudian terpaksa acara bedah buku itu dibubarkan. Peristiwa tahun 2000 ini hampir tak terdengar di masyarakat, namun buku Anand Kreshna telah beredar di mana-mana, sehingga koran harian Republika yang edisi mingguannya pernah menampilkan hasil wawancara dengan Anand Kreshna sehalaman penuh, lantas didatangi ramai-ramai oleh 16 tokoh dari DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia), LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam), dan KISDI (Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam) untuk mempersoalkan masalah Anand Kreshna yang fahamnya menyesatkan Ummat Islam itu. Ternyata peristiwa pada Agustus 2000M itu mendapatkan tanggapan positif dari pihak Republika, sehingga koran yang kadang menampilkan hal yang sesat dan tak sesuai dengan Islam ini menampilkan tulisan tentang sesatnya Anand Kreshna dalam edisi Dialog Jum’at. Akibatnya, konon pihak Gramedia menarik buku-buku Anand Kreshna dari peredaran (sementara?), namun yang jelas telah berpuluh-puluh ribu buku Anand Kreshna berisi penyesatan terhadap Ummat Islam itu beredar dan dibaca oleh masyarakat luas selama ini.

Sementara itu pihak pemerintahan Gus Dur (Abdurrahman Wahid) yang oleh kelompok-kelompok sesat diucapi dengan kata-kata: “Mumpung Gus Dur jadi Presiden” (yang menandakan masa emas bagi kelompok-kelompok sesat), tampaknya sangat jauh dari menyetop masalah-masalah yang berbahaya bagi aqidah Ummat Islam, karena bekas ketua umum PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) itu dikenal aqidah dia sendiri adalah amburadul, yaitu belepotan dengan kepercayaan klenik (tathoyyur, satu jenis kemusyrikan) dan wisik (wangsit) kuburan keramat. Hingga acara kemusyrikan yang jelas-jelas nyata yaitu ruwatan pun dia hadiri dengan sukarela, bahkan sebelumnya dia dikhabarkan akan diruwat. (Baca tentang ruwatan dan do’a bersama antar agama, dalam buku ini).

Berikut ini beberapa contoh kesesatan faham yang dipasarkan Anand Kreshna lewat buku-bukunya serta faham para pendukungnya yang memberi kata pengantar di buku itu. Kami kutip ungkapan Anand Kreshna ataupun pemberi kata pengantarnya, kemudian kami beri tanggapan, komentar, atau bahkan bantahan, agar para pembaca bisa membandingkan antara sesatnya faham mereka itu dan terangnya dalil yang berlawanan dengan mereka.

Buku Anand Kreshna berjudul

Surah-Surah Terakhir Al-Quranul Karim bagi Orang Modern,
sebuah apresiasi
,

t
erbitan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta .

Buku ini mengandung berbagai masalah yang mengaburkan aqidah Islam.
Berikut ini beberapa masalah yang perlu dipersoalkan dalam buku itu:

Kutipan dari halaman XII :

Keseimbangan sifat-sifat maskulinitas dan feminitas Tuhan terungkap secara elegan di ketiga surah ini. (tulisan Dr Nasaruddin Umar, MA, pembantu rektor IV IAIN Jakarta).

Tanggapan: Manusia tidak berhak memberikan sifat-sifat kepada Allah, dan hanya Allah lah yang berhak memberikan sifat-sifat-Nya. Karena, manusia sama sekali tidak punya pengetahuan tentang Allah, kecuali yang Allah khabarkan. Sedangkan Allah SWT telah menegaskan larangan mengikuti apa-apa yang kita tidak ada ilmu.

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS Al-Israa’/ 17:36).

Alah SWT juga berfirman, yang artinya:

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri...” (QS Al-An’aam/ 6:59).

Lantas, dari mana Dr Nasruddin Umar MA bisa mengungkapkan sifat-sifat yang ia sebut sifat-sifat maskulinitas dan feminitas Tuhan, bahkan ia bisa menimbangnya sehingga dia nilai seimbang itu?

Kutipan dari halaman XII pula:

Ini membuktikan bahwa pemahaman Al-Qur’an bukan hanya hak prerogatif sekelompok umat Islam tetapi Al-Quran betul-betul sebagai rahmat bagi semua (rahmatan lil ‘alamin). (tulisan Dr Nasruddin).

Tanggapan: Bagaimana ini? Satu kasus, yaitu adanya orang non Muslim yang memahami Al-Qur’an semaunya (sebagaimana akan diungkap sebentar lagi, insya Allah) lalu dijadikan alat untuk mengabsahkan hak bagi siapa saja untuk memahami Islam, dengan dalih rahmatan lil’alamin. Sedangkan pemahaman ummat Islam sendiri terhadap Al-Qur’an pun tidak sah kecuali memenuhi syarat, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah. Kaidahnya yaitu di antaranya telah ditegaskan oleh Nabi SAW:

من قال فى القرأن برأيه أو بما لا يعلم فليتبوأ مقعده فى النار.

Barang siapa berkata mengenai Al-Qur’an dengan pendapatnya atau dengan apa-apa yang ia tidak tahu, maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknnya di dalam neraka.” [1]

Dengan demikian, betapa beraninya doktor yang memegang jabatan di IAIN Jakarta itu memberikan hak keabsahan kepada orang non Muslim untuk memahami Al-Qur’an sebegitu saja.

Kutipan dari halaman XVII:

Buku ini akan mengajarkan dan menuntun pikiran dan tingkah laku manusia untuk dapat mengekspresikan dirinya sebagai “kebaikan”. (Dr Nasruddin Umar MA).

Tanggapan: Dalam buku ini, apa yang disebut “kebaikan” itu maksudnya adalah Tuhan. Jadi buku ini mengajarkan dan menuntun pembacanya untuk mengekspresikan dirinya sebagai Tuhan. Kenapa seorang doktor di IAIN memberi apresiasi atau semacam penghargaan terhadap buku yang menuntun pada kemusyrikan dan kesesatan seperti ini?

Kutipan dari halaman XVII:

Ketiga surah ini mengingatkan manusia akan fungsinya sebagai hamba (‘abid) dan sebagai representasi Tuhan di bumi (khalifatun fi al –ardh).

Sanggahan: Manusia bukanlah representasi atau wakil Tuhan, tetapi hamba Allah. Justru dalam do’a safar/ bepergian, Allah lah sebagai khalifatuna, yang artinya pengganti atau wakil orang yang sedang bepergian.

Kutipan dari halaman XVIII:

Dalam buku ini Pak Anand Kreshna ingin mengingatkan kepada kita semua bahwa bukan aspek mistisnya surah-surah ini yang perlu ditonjolkan, melainkan penghayatan maknanya yang begitu dalam dan komprehensif. (Dr Nasruddin Umar MA).

Sanggahan: Pujian itu sangat jauh dari kenyataan, isi buku ini sesat menyesatkan, dan kebohongan besar atas nama Nabi Muhammad SAW, karena Nabi disebut sebagai orang yang mengatakan: Aku adalah Ahmad tanpa mim”. Berarti, Akulah Ahad, Ia Yang maha Esa! Juga, “Aku adalah Arab tanpa ‘ain”. Berarti, Akulah Rabb –Ia Yang Maha mencipta, Maha Melindungi, Maha menguasai! (hal. 43).

Ini adalah ungkapan kemusyrikan, diatas-namakan Nabi Muhammad SAW.

Kutipan dari halaman 8:

Baik dan buruk, dua-duanya berada dalam pikiran kita. Lalu, kita pula yang menghubung-hubungkan kebaikan dengan apa yang kita sebut “Tuhan” dan kejahatan dengan apa yang kita sebut “Setan”.

Tanggapan: Anand Kreshna sudah memulai untuk meniadakan Tuhan, dengan cara mengaburkan tentang pengertian baik dan buruk. Ini arahnya adalah ibahiyah, serba boleh, karena baik dan buruk dianggap hanya ada dalam pikiran kita. Padahal, ukuran baik dan buruk dalam Islam itu landasannya adalah wahyu dari Allah SWT. Singkatnya, inilah contoh dari orang yang menuhankan nafsu, maka nafsunya (yang di sini disebut pikiran) mengadakan baik dan buruk sekaligus menimbangnya, lalu dikaitkan dengan Tuhan dan Setan yang diadakan oleh pikiran itu sendiri. Jadi, Anand Kreshna ini meniadakan Tuhan, lantas mengangkat nafsu/ pikirannya sebagai Tuhan.

Kutipan dari halaman 10:

Saya seorang penyelam. Apa salahnya jika saya menyelami lautan Luas Al-Qur’an? Saya bukan seorang ulama, bukan seorang sastrawan, bukan pula seorang cendekiawan atau ahli filsafat. Kemampuan selam saya pun sangat terbatas. Namun dengan segala keterbatasan itu, saya menemukan betapa indahnya perut laut. Betapa indahnya “kandungan” Al-Qur’an. Saya ingin berbagi rasa, “Begini lho pengalamanku selama menyelami Al-Qur’an.” Itu saja. Tidak lebih, tidak kurang.

Sanggahan untuk Anand Kreshna: Al-Qur’an memerintahkan, agar orang yang tidak mengerti itu bertanya kepada ahludz dzikr yaitu ahli Al-Qur’an. Bukannya orang tidak tahu, bahkan agamanya Islam atau bukan saja tidak jelas, lalu mengaku-ngaku menyelami Al-Qur’an, kemudian membeberkan aneka macam, diatas-namakan hasil penyelamannnya di Al-Qur’an lewat buku yang disebar luaskan dengan dalih berbagi rasa. Ini diancam oleh Nabi Muhammad SAW:

َمنْ قالَ ِفى الْقرأن بغير علم فليتبوأ مقعده من النار.

Barangsiapa berkata mengenai Al-Qur’an tanpa ilmu maka hendaklah ia menempati tempat duduknya di nereka.[2]

Rasulullah SAW bersabda:

“ Takutlah kamu pada hadits dariku kecuali apa-apa yang kamu ketahui. Maka barangsiapa yang dusta atasku dengan sengaja maka hendaklah menempati tempat duduknya di neraka, dan barangsiapa yang mengatakan tentang Al-Qur’an dengan pendapatnya sendiri maka hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR At-Tirmidzi, juz 4, halaman 268).

Ancaman keras dari Nabi Muhammad SAW itu cukup jelas maknanya, tidak bisa dikilahi dengan “sebagai penyelam Al-Qur’an yang ingin berbagi rasa”, atau dikilahi seperti ucapan Dr Nasruddin Umar bahwa “pemahaman Al-Qur’an bukan hanya hak prerogatif sekelompok umat Islam tetapi Al-Qur’an betul-betul sebagai rahmat bagi semua (rahmatan lil ‘alamin)”. Kilah itu menabrak hadits tersebut.

Kutipan dari halaman 12:

“… Menurut pendeta itu, dia pun mulai menghormati ajaran Islam setelah membaca buku-buku Bapak (Anand Kreshna –Ed).”

“Bapak harus menulis lebih banyak tentang ajaran-ajaran Islam. Biar banyak lagi buku-buku yang bersifat universal.”

Kutipan dari halaman 12-13: “Hari ini, saya bisa mengatakan, saya mencintai Islam sebagaimana saya mencintai agama saya sendiri. Saya tidak perlu meninggalkan agama saya. Saya tidak perlu masuk agama Islam. Untuk menghormati nabi Muhammad, saya juga tidak perlu melepaskan keyakinan saya pada Yesus…”

Sanggahan untuk Anand Kreshna: Ungkapan-ungkapan itu –karena ditulis dalam buku yang berjudul Surah-surah terakhir Al-Qur’anul Kariem--, maka mengandung pengertian: Arah dan isi surah-surah terakhir dalam Al-Qur’an itu agar manusia menjadi seperti itu, tidak perlu Islam. Ini sangat menyesatkan. Bahkan karena ungkapan itu berupa komentar terhadap buku-buku tentang Islam, berarti mengandung pengertian bahwa ajaran Islam yang sebenarnya itu hanyalah menjadikan orang agar tidak perlu Islam. Inilah salah satu cara pemurtadan yang dilancarkan oleh pihak non Islam (Anand Kreshna tampaknya beragama Hindu) dan kelompok Katolik yang dalam hal ini Kompas Grup yakni Gramedia. Tampaknya lunak, tidak apa-apa, namun sebenarnya lebih jahat ketimbang pembunuhan, karena Muslimin yang dibunuh tanpa bersalah insya Allah akan masuk surga, sedang kalau dimurtadkan maka akan masuk neraka selama-lamanya.

Kutipan dari halaman 13: Bagi para pengkritik, saya hanya ingin menyampaikan satu hal. Jika lewat buku-buku yang anda anggap sangat “pop” dan “tidak cukup bermutu” ini, kita berhasil mempersatukan bangsa kita, jika kita berhasil membuat seorang Kristen mulai menghargai Islam dan seorang Muslim mulai menghargai Buddha dan seorang Buddhis mulai menghargai Hindu, lalau apa salahnya?

Sanggahan untuk Anand Kreshna: Salahnya, tujuan yang diandai-andaikan itu belum tentu terwujud, dan kalau toh terwujud pun belum tentu Islam menginginkan seperti yang Anand andaikan, sedang ajaran Islam, bahkan ayat-ayat Al-Qur’an telah diacak-acak pengertiannya, secara semaunya, tanpa landasan dan dalil yang benar. Jadi, justru telah merusak Islam secara sengaja dan sistematis, berdalih pengandaian yang tampaknya indah, namun sebenarnya bertentangan dengan Islam. Dalam Al-Qur’an ditegaskan, ummat Islam berlepas diri dari kekafiran dan penyembahan berhala yang dilakukan oleh musyrikin, dan tegas-tegas ada pernyataan tentang permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya. Sebagaimana ditegaskan oleh Nabi Ibrahim As dan pengikutnya terhadap kaum kafir-musyrik:

Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekufuran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” ( QS Al-Mumtahanah/ 60: 4).

Apakah pantas, seorang yang menulis buku dengan mengaku menyelami Al-Qur’an namun isi dan tujuannya menentang Al-Qur’an seperti itu?

Kutipan dari halaman 14. Buku-buku saya adalah hasil “kegelisahan” saya, “kekecewaan” saya terhadap bangsa kita yang sedang dilanda fanatisme kelompok dan agama.

Sanggahan untuk Anand Kreshna: Kalau gelisah, lalu tidak menjadikan al-Qur’an sebagai sarana melampiaskan kegelisahan, barangkali masih bisa dimaklumi. Tetapi, kenapa gelisah lalu menjadikan Al-Qur’an dan Islam sebagai alat melampiaskan kegelisahan? Padahal, kegelisahannya itu sendiri bertabrakan dengan Al-Qur’an, karena fanatisme agama (Islam) itu justru wajib dalam Islam, sebagaimana pernyataan Nabi Ibrahim tersebut di atas. (lihat QS 60:4). Kenapa gelisah? Dan kenapa menggunakan Al-Qur’an untuk menohok Al-Qur’an pula?

Kutipan dari halaman 16: Dalam empat surah ini, Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas, tersimpan rahasia Al-Qur’an. Inilah pesan Sufi, pesan Injil, pesan Zabur, pesan Taurat, pesan Vedanta dan pesan Buddha. Ini pula pesan Islam!

Sanggahan untuk Anand Kreshna: Astaghfirullaahal ‘Adhiem. Empat surat itu adalah Kalamullah, ayat-ayat Allah. Bukan pesan Sufi. Bukan pesan Vedanta, dan juga bukan pesan Buddha. Ini benar-benar melecehkan Al-Qur’an. Kalau memang Anand Kreshna bertanggung jawab, ayat mana yang pesan Sufi, lalu ayat mana yang pesan Vedanta, ayat mana pula yang pesan Buddha? Jikalau benar klaim Anand, beranikah menunjuk bahwa salah satu ayat dari empat surat itu yang benar-benar pesan Taurat, lalu pesan Injil, dan pesan Zabur? Kalau sudah bisa menunjuknya, dari mana pula keterangan itu didapatkan? Bukankah itu artinya mengacak-acak Al-Qur’an dengan kata-kata yang sama sekali tidak bertanggung jawab? Dan benarkah Sufi (orang yang melakukan atau menganut ajaran tasawuf) itu ajarannya sesuai dengan Al-Qur’an sehingga Anand Kreshna bisa mengatakan bahwa “Inilah pesan Sufi”?

Kutipan dari halaman 21: Bagi Sheikh baba (guru selam Anand Kreshna, pen), Malaikat Jibril adalah “Kesadaran Tinggi” dalam diri Sang Nabi, sewaktu-waktu, ia bisa berkontak dengan “Kesadaran Tinggi” dalam dirinya dan memperoleh tuntunan serta bimbingan” yang dibutuhkannya. Beliau (Sheikh Baba, guru selam Anand Kreshna, pen) pernah menjelaskan: “Kesadaran Tinggi” dalam diri manusia adalah pancaran Kesadaran Murni yang disebut Allah, Tuhan, Ishwara, Ahura Mazda, atau Satnaam…”

Sanggahan untuk Anand Kreshna: Na’udzubillaahi min dzaalik. Di situlah Anand Kreshna menyuntikkan racun-racun faham beruapa Pluralisme, wihdatul Adyan (penyatuan agama-agama), dan tasawuf yang berbahaya bagi aqidah Islam. Sebegitu beraninya Anand Kreshna melandasi uraiannya tentang Surat Al-Ikhlas dengan aqidah kemusyrikan, yaitu Malaikat Jibril itu “Kesadaran Tinggi” dalam diri Sang Nabi. “Kesadaran Tinggi” dalam diri manusia adalah Pancaran Kesadaran Murni yang disebut Allah, Tuhan, Ishwara, Ahura Mazda, atau Satnaam….

Di Dalam Islam, Malaikat Jibril adalah malaikat yang ditugaskan Allah untuk menyampaikan wahyu kepada para Nabi dan Rasul. Tugas itu dijelaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an:

رفيع الدرجات........ التلاق.


(Dialah) Yang Maha Tinggi derajat-Nya, Yang mempunyai ‘Arsy, Yang mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki –Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (qiyamat).” (QS Al-Mu’min/ 40:15).

Dalam ayat itu jelas, Malaikat Jibril adalah utusan Allah untuk membawa wahyu kepada para Nabi dan Rasul agar para Nabi dan Rasul itu memberi peringatan kepada manusia tentang hari qiyamat. Malaikat Jibril bukan “Kesadaran Tinggi” dalam diri Nabi yang sewaktu-waktu bisa dikontak seperti yang dikemukakan Anand Kreshna itu. Jibril hanya datang kalau diutus oleh Allah. Demikian pula Jibril bukan di dalam diri manusia ataupun pancaran Allah yang ada di dalam diri manusia seperti yang dikemukakan oleh guru selam Anand. Kenapa bukan? Karena tidak ada ayat maupun hadits yang menjelaskan seperti itu. Bahkan Nabi SAW sendiri pernah gelisah karena lama tidak turun wahyu, berarti Malaikat Jibril tidak datang, yang dalam tarikh Islam dikenal dengan masa fatrotil wahyi, masa jeda tidak turun wahyu. Jadi ungkapan Anand Kreshna dan gurunya itu jelas bukan dari ajaran Islam, namun kenapa untuk memberikan apresiasi terhadap surah-surah Al-Qur’an? Ini namanya merusak pemahaman isi Al-Qur’an, yang hal itu sangat tercela dan berhadapan dengan Ummat Islam sedunia.

Dengan kesesatan seperti itu maka Ummat Islam perlu waspada. Lebih dari itu, bahkan ada ajaran yang lebih sesat lagi disebarkan oleh Anand Kreshna, dengan mengutip perkataan orang Sufi/ tasawuf bahwa Nabi Muhammad saw berkata:

Aku adalah Ahmad tanpa mim”. Berarti, Akulah Ahad, Ia Yang maha Esa! Juga, “Aku adalah Arab tanpa ‘ain”. Berarti, Akulah Rabb –Ia Yang Maha mencipta, Maha Melindungi, Maha menguasai. (halaman 43).

Inilah puncak kesesatan yang disebarkan Anand Kreshna, dengan mengutip perkataan orang sufi/ tasawuf, Anand menyebarkan faham wihdatul wujud (manunggaling kawula dengan Gusti, menyatunya hamba dengan Tuhan) satu faham kemusyrikan, dan kemusyrikan itu justru ditimpakan kepada Nabi Muhammad saw. Betapa beraninya orang itu menuduh Nabi Muhammad saw pembawa aqidah tauhid justru dituduh sebagai penganjur kemusyrikan. Na’udzubillahi min dzalik!

Anehnya, ketika kesesatan Anand Kreshna itu dipersoalkan tokoh-tokoh Islam (seperti tersebut di atas), serta merta para pembela Anand Kreshna yang dirinyapun mengaku beragama Islam masih berani membuka mulut dengan berdalih bahwa Anand Kreshna bukan menafsiri Al-Qur’an tetapi memberikan apresiasi. Terhadap mereka itu, mari kita ajukan pertanyaan: Pantaskah pemberian apresiasi semacam tersebut di atas? Tentu sangat tidak pantas, karena justru sangat menyesatkan Ummat Islam! Di samping itu, melecehkan Al-Qur’an itu sendiri, karena apresiasinya itu mengandung tuduhan-tuduhan yang jauh dari isi dan misi Al-Qur’an.

BEBERAPA KUTIPAN DARI BUKU

ISLAM ESOTERIS

Kemuliaan dan keindahannya
Karya: Anand Kreshna

(Penyelaman spritual Anad Kreshna bersama Achmad Chodjim, Moulana Wahiduddin Khan)
Kata Pengantar: Dr. Komaruddin Hidayat
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Ungkapan-ungkapan Anand Kreshna dan pemberi kata pengantar yang bertentangan dengan Islam atau mengaburkan aqidah, langsung kami sertai tanggapan atau sanggahan sebagai berikut:

1. Kutipan dari tulisan Dr Komaruddin Hidayat: - Bahkan kita melihat sentimen dan simbul keagamaan malah menjadi bagian dari pemicu dan konflik-konflik.

- Jangan-jangan agama malah menjadi bagian dari penyebab krisis ini? Hal.x

Tanggapan: Selayaknya kalimat seperti itu hanya keluar dari mulut orang yang menentang Tuhan atau ragu dengan agamanya sendiri. Dia anggap, orang baru benar dalam beragama kalau tanpa sentimen agama dan tanpa simbul agama. Padahal, orang tak beragama alias kafir pun justru sangat tinggi sentimen kekafirannya, dan fanatik pada simbul kekafirannya. Kalau berani melepas sintemen dan simbul kekafirannya, berarti dia rela untuk mengikuti agama. Kenapa orang beragama justru harus melepaskan sentimen dan simbul keagamaannya? Haruskah mengikuti dan bahkan menjadi orang kafir yang tidak dipersoalkan dalam memegangi sentimen kekafiran dan simbul kekafirannya, karena sentimennya itu bukan sentimen agama tetapi sentimen kekafiran? Mewakili siapakah doktor yang pejabat tinggi di Departemen Agama ini dalam berbicara seperti itu?

2. Kuitipan tulsian Dr Komaruddin Hidayat: Saya melihat dalam buku ini bangunan argumentasi reinkarnasi diambil dari ayat Al Qur’an yang digabung dengan hasil telaah ayat-ayat kehidupan. Hal. xi

Bantahan: Reinkarnasi yang bahasa Arabnya at-tanaasukh adalah kepercayaan tentang kembalinya ruh ke bumi lagi setelah wafatnya, dan berpindah kepada jasad lainnya. (Dr A Zaki Badawi, A Dictionary of The Social Science, Librairie Du Liban, Beirut, cetakan I, 1978, halaman 351). Reinkarnasi itu bicara tentang ruh, dan kepercayaan semacam itu sama sekali tidak sesuai dengan Islam. Betapa beraninya doktor ini bicara tentang ruh, padahal Nabi Muhammad saja dipesan oleh Allah bahwa tentang ruh itu adalah termasuk urusan Allah. Allah berfirman yang artinya:

Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh.. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Al-Israa’/ 17:85).

Kalau terhadap roh yang jelas-jelas Nabi Muhammad saw dipesan seperti itu saja doktor ini berani berbicara serampangan, bahwa Al-Qur’an dia anggap jadi rujukan bangunan arugementasi reinkarnasi, maka betapa lagi dalam hal-hal lainnya. Astaghfirullaahal ‘adhiem.

3. Kutipan dari tulisan Dr Komaruddin Hidayat: Allah Maha Adil, Maha Kasih dan sekali-kali tidak akan menghukum manusia kecuali manusia sendiri yang menghukum dirinya. Tuhan tidak akan memasukkan hambanya ke neraka.hal. xii

Bantahan: Perkataan doktor ini coba kita bandingkan dengan ayat Al-Qur’an, yang artinya:

Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang dzalim seorang penolong pun.” (QS Ali Imraan: 192).

Dalam ayat itu jelas Allah lah yang memasukkan siapa yang Dia kehendaki ke neraka.

4. Kutipan dari tulisan Dr Komaruddin Hidayat: Sekarang ini adalah akhirat dari kehidupan sebelumnya dan merupakan dunia bagi kehidupan yang akan datang. Hal. Xiii.

Tanggapan: Perkataan itu apakah dimaksudkan untuk tidak percaya hari akherat, hari dibalasnya amal yaitu hari qiyamat? Pertanyaan ini perlu diajukan, karena tulisan doktor itu adalah sebagai kata pengantar dari buku Anand Kreshna yang belum tentu dia percaya akherat atau hari qiyamat. Sedang pengantar yang model seperti itu ikut pula menjerumuskan pembaca untuk tidak percaya akherat/ qiyamat. Atau memang sengaja demikian?

5. Kutipan dari tulisan Dr Komaruddin Hidayat: Dikatakan dalam Al Qur’an bahwa surga itu berjenjang , Sedangkan neraka adalah sebuah kejahatan …sedangkan surga dan neraka adalah suasana batu dan nasib kehidupan itu sendiri.Hal. xv

Tanggapan: Sekali lagi, apakah ini sengaja untuk menggiring pembaca agar tidak percaya surga dan neraka yang akan menjadi tempat bagi manusia di hari qiyamat kelak? Betapa beraninya bermain-main kata seperti itu, padahal menyangkut wilayah aqidah, wilayah ghaib, yang hanya bisa kita berbicara kalau berlandaskan wahyu Allah SWT.

6. Kutipan dari tulisan Dr Komaruddin Hidayat: Surga dan neraka itu adalah ciptaan manusia.hal. xvi

Tanggapan: Allah menamakan surga atau jannah dengan nama-nama yang Dia jelaskan dalam Al-Qur’an yaitu: Firdaus (QS 18:107; 23:11), ‘Adn (QS 9:72; 13:23; 16:31), Na’iim (QS 5:65; 22:56; 52:17), Daarus Salaam (QS 6:127), Ma’wa (QS 3:151; 3:162). Sedang neraka dinamakan: Neraka Jahim (QS 3:119), Jahannam (QS 3:12), Sya’iir/ yang membakar (QS 4:10), Saqor/ yang menghanguskan (QS 54:48), Huthomah/ yang menghancurkan (QS 104:4), Hawiyah/ api yang menyala-nyala (QS 101:9), Ladho/ yang membakar (QS 70:15). Surga manakah yang ciptaan manusia, dan neraka manakah yang ciptaan manusia pula dari nama-nama itu? Betapa rancunya perkataan doktor alumni Turki yang termasuk pemimpin di Yayasan Paramadina Jakarta dan orang kesayangan mendiang Harun Nasution di IAIN Jakarta ini. Apakah dia sudah menciptakan surga untuk keluarga dan muqollid-muqollidnya, dan neraka untuk lawan-lawannya?

Sekali lagi, untuk berbicara masalah ghaib haruslah dengan landasan wahyu. Tidak bisa asal berucap.

7. Kutipan dari tulisan Anand Kreshna: Jika shalat itu memang untuk mempersatukan kita dengan tuhan, dengan Allah, dengan Widi, Tao, Bapak di surga apapun nama yang kita berikan kepadanya maka cara shalat tidak perlu dipermasalahkan lagi. hal. 1

Tanggapan: Anand Kreshna ini di samping memasarkan faham sesat berupa pluralisme, apakah ia ingin jadi nabi atau sekalian jadi Tuhan? Rupanya Anand sangat menginginkan agar manusia terlepas dari syari’at yang Allah turunkan kepada Nabi-Nya, dan agar Muslimin jadi murtad mengikuti Anand Kreshna saja. Satu propaganda yang amat berbahaya dan mengajak ke neraka, sebagaimana iblis dengan wadyabalanya para syetan yang menggoda manusia untuk menyeretnya ke neraka.

Beberapa catatan dari buku

Telaga Pencerahan Di Tengah Gurun Kehidupan

Apresiasi Spiritual terhadap Taurat, Injil dan Al-Qur’an

Tulisan Anand Kreshna

Penerbit PT Gramedia Utama Pustaka, Jakarta, 1998

1. Kutipan: Katakan kepadanya (yakni guru agama penanya yang menasihatinya agar berhati-hati terhadap praktek-praktek meditasi Pen.) bahwa karena orang-orang seperti dialah, bangsa kita ini bisa terpecah-pecah. Sebut nama saya dan katakan kepadanya bahwa sebaiknya anda mendalami kembali kitab-kitab agamanya dan menemukan hal-hal yang mempersatukan dia dengan penganut agama lain, bukannya hal-hal yang memisahkan diri dari umat beragama lain.” Hal. 7

Tanggapan untuk Anand Kreshna: Di dalam kalimat itu ada arogansi (takabbur, kesombongan), sok pintar, tuduhan, dan anjuran yang sangat kabur.

2. Kutipan: Cerita ini (Tentang seorang pangeran yang menganggap dirinya seekor ayam, kemudian bisa disembuhkan oleh rabi Yahudi. Pen.) berasal dari tradisi Hasid, salah satu tradisi spiritual dalam kalangan Yahudi. Cerita ini dapat membantu kita memahami Nabi Musa dan Nabi Isa dan Nabi Muhammad. Cerita ini dapat membantu kita menyelami Taurat, Injil dan Al-Qur’an. Hal. 16

Tanggapan: Salah satu ciri kelompok ataupun orang-orang sesat adalah suka melandaskan ajaran-ajarannya kepada cerita-cerita, baik itu cerita orang-orang entah di mana, maupun cerita yang dibuat-buat. Jadi lebih mengunggulkan cerita ketimbang dalil. Demikian pula untuk memahami Nabi-nabi dan kitab suci, dalam kasus ini justru merujuk kepada cerita orang, padahal orang itu sendiri menganggap dirinya bukan orang tetapi seekor ayam. Betapa tidak shahihnya cara yang dia tempuh semacam ini.

3. Kutipan: Jangan mengira manusia masa kini sudah terbebas dari perbudakan. Manusia masih budak. Ia diperbudak oleh idiologi-idiologi semu. Ia diperbudak oleh dogma-dogma yang sudah usang. Ia diperbudak oleh paham-paham dan kepercayaan – kepercayaan yang sudah kadaluwarsa. Tetapi ia tetap juga membisu. Jiwanya sudah mati. Ia ibarat bangkai yang kebetulan masih hidup. Hal. 19.

Bantahan: Penghinaan terhadap syari’at Islam yang benar-benar menyakitkan, dan penghinaan terhadap Ummat Islam yang patuh mengikuti Syari’at Allah, dianggap sebagai bangkai yang kebetulan masih hidup. Makhluk macam apa kurangajarnya, kalau Tuhan yang menciptakannya telah dihina sedemikian rupa, sedang hamba-hambanya yang tunduk pada Tuhannya dia hinakan sebagai bangkai hidup? Astaghfirullaahal ‘adhiem...!

4. Kutipan: Saya bertanya pada seorang wanita, mengapa ia selalu menutup lehernya, Padahal cuaca di Jakarta cukup panas dan saya melihat bahwa ia sendiri kegerahan…”Mengapa kau tidak buka saja itu lehermu?” Saya terkejut sekali mendengarkan jawabannya, “cowok-cowok biasanya terangsang melihat leher cewek, itu sebabnya saya menutupinya”. Ia membenarkan hal itu dengan menggunakan dalil… Lucu, aneh! Ia diperbudak oleh peraturan-peraturan yang sumbernyapun tidak jelas Hal.20.

Tanggapan: Ini jelas melecehkan syari’at Islam, dalam kasus ini syari’at tentang menutup aurat bagi wanita, dianggapnya memperbudak dan tidak jelas sumbernya.

5. Kutipan: Tuhan, Allah atau nama apa saja yang Anda berikan kepada sang keberadaan, merupakan sumber energi yang tak pernah habis, tak kunjung habis. Keberadaan mengalir terus, kehidupan berjalan terus. Betapa bodohnya manusia yang mengagung-agungkan masa lalu, peraturan-peraturan yang sudah kadaluwarsa dan tidak berani meninggalkan semuanya itu. Hal. 23 – 24.

Tanggapan: Ini sangat menghina Nabi Muhammad saw pembawa Islam dari wahyu Allah SWT, menghina syari’at Allah SWT, menghina para sahabat, dan seluruh ummat Islam dari dahulu sampai kini dan nanti. Masih pula orang ini membodoh-bodohkan dan menginginkan agar ummat Islam keluar dari Islam.

6. Kutipan: Apabila Anda belum sadar bahwa sebenarnya Ia-lah Segalanya dan bahwa Anda merupakan bagian dari-Nya setidaknya jadikan Dia bagian dari hidup Anda. Menjadikan Dia bagian dari hidup Anda tidak mengecilkan Dia. Hal. 29

Tanggapan: Ini jelas keyakinan orang musyrik, mengaku-ngaku bahwa manusia (yang pasti punya dosa ini) merupakan bagian dari Tuhan Yang Maha Suci. Dari mana orang yang tentunya punya dosa itu mendapatkan jaminan bahwa dirinya adalah bagian dari Dzat Yang Maha Suci? Betapa beraninya menyebarkan kemusyrikan dan kekafiran atas nama Tuhan.

7. Kutipan: Tuhan tidak berada di suatu tempat yang terpencil, di balik matahari sana. Ia tidak berada di Taman Firdaus yang katanya penuh dengan perawan-perawan, kebun-kebun dan sungai-sungai anggur. Ia senantiasa menyertai anda. Hal. 29

Bantahan untuk Anand Kreshna:

Perkataan batil orang kafir dan semacamnya seperti ini tidak punya dasar, namun dijadikan landasan untuk mengklaim bahwa diri mereka disertai Tuhan dalam makna menyatu dan melebur dengan Tuhan, yang itu adalah kepercayaan orang musyrik. Padahal Allah jelas-jelas mengatakan

الرحمن على العرش استوى

Allah Yang Maha Pemurah bersemayam di atas ‘arsy.” (QS 20 Thaha: 5).

Sedang Rasulullah saw bersabda:

" ينزل ربنا إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر."

Yanzilu Rabbunaa ilas samaaid dun-yaa hiina yabqo tsulutsul lailil aakhiri.

“Tuhan kita turun ke langit yang terendah ketika malam tinggal sepertiga bagian yang terakhir.”

Allah SWT berfirman, yang artinya:

“Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di manapun kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS 57 Al-Hadiid:4).

Dalam ayat ini Allah memberitakan bahwa Dia bersemayam di atas ‘arsy, mengetahui segala sesuatu dan bersama kita di mana saja kita berada. Sebagaimana disebutkan, disabdakan pula oleh Nabi saw dalam hadits al-Au’aal:

"والله فوق العرش وهو يعلم ما أنتم عليه."

“Walloohu fauqol ‘arsyi wahuwa ya’lamu maa antum ‘alaihi.”

“Allah berada di atas ‘arsy dan Dia mengetahui segala apa yang kamu perbuat.”

Ibnu Al-Qayyim mengisyaratkan: “Allah telah memberitakan bahwa Dia bersama makhluk-Nya dan Dia pun bersemayam di atas ‘arsy. Dan Allah telah menyebutkan kedua perkara ini secara bersama-sama seperti dalam firman-Nya di surah Al-Hadid (ayat 4). Dalam ayat ini Allah memberitakan bahwa Dia menciptakan langit dan bumi, bersemayam di atas ‘arsy dan bersama makhluk-Nya mengetahui amal perbuatan mereka dari atas ‘arsy-Nya. Seperti disebutkan dalam hadits Al-Au’aal: “Allah berada di atas ‘arsy dan Dia mengetahui segala apa yang kamu perbuat.” Maka keberadaan Allah di atas ‘arsy tidak bertentangan dengan kebersamaan-Nya dengan makhluk, dan kebersamaan-Nya dengan makhluk tidak menggugurkan/ membatalkan keberadaan-Nya di atas ‘arsy, bahkan kedua-duanya sama benar.” (Mukhtashar As-Shawaaiq Al-Mursalah oleh Ibnu Al-Maushili, hal 140, cetakan Al-Imam).

Bahwa hakekat pengertian kebersamaan Allah dengan makhluk tidak bertentangan dengan keberadaan Allah di atas ‘arsy’, soalnya perpaduan antara kedua hal ini bisa terjadi pada makhluk. Contohnya: seperti dikatakan : “Kami masih meneruskan perjalanan dan bul-an pun kami ikuti. “Ini tidak dianggap kontradaksi dan tidak seorangpun memahami dari perkataan tersebut bahwa bulan turun di bumi. Apabila hal ini bisa terjadi pada makhluk, maka bagi Al-Khaliq yang meliputi segala sesuatu sekalipun berada di atas ‘arsy tentu lebih patut lagi, karena hakekat pengertian ma’iyah (kebersamaan) tidak berarti berkumpul dalam satu tempat.[3]

Perbedaan Pendapat Mengenai Ma’iyah Allah SWT

Dalam masalah ma’iyah (kebersamaan) Allah dengan makhluk, terdapat tiga golongan:

Golongan Pertama: Mengatakan bahwa ma’iyah Allah SWT dengan makhluk, bila umum sifatnya, maka pengertiannya bahwa Dia mengetahui, dan meliputi mereka (makhluk). Tetapi bila khusus sifatnya, maka pengertiannya (adalah) selain itu (yaitu) bahwa Dia menolong dan mendukung. Dengan pengertian bahwa Dzat Allah tetap Maha Tinggi dan bersemayam di atas ‘arsy.

Golongan ini yaitu Salaf dan madzhab mereka adalah yang haq, sebagaimana telah ditegaskan di atas.

Golongan Kedua: Mengatakan bahwa ma’iyah Allah dengan makhluk berarti bahwa Dia bersama mereka di bumi, dan berarti pula Dia tidak di atas dan tidak bersemayam di atas ‘arsy.

Mereka itu adalah Al-Hululiyyah (incarnasi, yaitu faham yang menganggap manusia bisa lebur dengan Tuhan, pen) seperti pendahulu Jahmiyah dan sekte lainnya. Madzhab mereka tentu bathil dan munkar, para Salaf sepakat atas kebathilan madzhab ini dan menolaknya, seperti yang telah dijelaskan.

Golongan Ketiga: Mengatakan bahwa ma’iyah Allah dengan makhluk berarti bahwa Dia bersama mereka di bumi disamping Dia pun berada di atas ‘arsy. Golongan ini disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. ( Majmu’ Fataawa, jilid 5, hal 299).

Golongan ini menyatakan bahwa mereka telah menunjukkan zhair nash-nash dalam ma’iyah dan ‘uluw (kebersamaan Allah dan makhluk dan keberadaan Dia di atas ‘arsy). Padahal mereka itu tidak benar dan salah dalam masalah ini, akhirnya mereka pun tersesat. Soalnya nash-nash ma’iyah tidaklah menunjukkan apa yang mereka katakan itu yaitu hulul (incarnation), karena hulul adalah faham yang bathil. Dan tidak mungkin dhahir dari firman Allah dan sabda Rasul-Nya sesuatu yang bathil.

Catatan:

Perlu diketahui bahwa penafsiran Salaf tentang ma’iyah (kebersamaan) Allah bahwa Dia bersama makhluq dengan ilmunya tidak berarti hanya mengetahui saja, tetapi berarti pula bahwa Dia meneliti , mendengar, melihat, menguasai, mengatur mereka dan pengertian lainnya yang menunjukkan rububiyyah Allah.

Adapun dalil-dalil dari Kitab atas masalah ini bermacam-macam: QS 2:255, QS 6: 18, 61, QS 67:16, QS35:10, QS70:4, QS3:55, QS16:102, QS32:5, dan beberapa hadits.

Syekh Muhammad Shalih ‘Utsaimin menegaskan pula: “Saya katakan dalam tulisan saya itu, secara harfiyah teksnya begini: “Dan kami berpendapat bahwa siapa yang mengatakan bahwa dzat Allah berada di setiap tempat adalah kafir, atau sesat, jika dia meyakininya; atau salah dan berdusta jika dia menisbatkannya kepada salah seorang Salaf atau imam dari umat ini.”[4]

Selanjutnya Syekh ‘Utsaimin menegaskan: “Perlu juga diketahui bahwa setiap kata yang menimbulkan pengertian bahwa Allah berada di bumi, atau bercampur dengan makhluk, atau menafikan kemaha-tinggian-Nya, atau menafikan bersemayamnya Dia di atas ‘arsy, atau pengertian lain yang tidak layak bagi-Nya, maka kata-kata itu bathil, wajib diingkari terhadap yang mengatakannya, siapa pun orangnya, dan dengan lafazh apapun kata-katanya.”[5]

Dari uraian yang disaertai dalil-dalil tersebut maka jelaslah ungkapan-ungkapan Anand Kreshna tersebut di atas yang didukung oleh Dr Komaruddin Hidayat, Dr Nasruddin Umar dari IAIN Jakarta, dan orang-orang Paramadina Jakarta di bawah pengaruh Dr Nurcholish Madjid dan Utomo Dananjaya serta diterbitkan secara besar-besaran oleh penerbit Katolik grup Kompas yaitu Gramedia itu adalah jelas sesat lagi menyesatkan ummat Islam.

8. Kutipan: Dimana ada cahaya, tidak ada kegelapan. Dimana ada Allah, allah lain tidak akan ada. Apabila Anda masih meng-allah-kan kekayaan, meng-allah-kan kedudukan, meng-allah-kan ketenaran, ketahuilah bahwa Matahari Allah belum terbit dalam kehidupan anda. Anda masih hidup dalam kegelapan. Hal. 32

Komentar: Istilah semacam itu tidak pernah ada dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

9. Kutipan: Islam memperlakukan kaligrafi “Allah” dan “Muhammad”, “Hajar Aswad” dan lain sebagainya dengan rasa hormat yang sama, sebagaimana Hindu dan Umat Budha memperlakukan patung-patung mereka. Hal. 34

Bantahan: Islam sangat membenci kemusyrikan dan memberantasnya, bahkan ada perintah untuk memeranginya. Kenapa Anand Kreshna justru menimpakan kemusyrikan kepada Islam? Alangkah beraninya.

10. Kutipan: Musa harus meletakkan dasar-dasar hukum yang menyangkut moralitas dan etika. Adanya hukum-hukum seperti terurai di atas (peraturan tentang Munakahah, Pen.) sudah cukup untuk menjelaskan betapa rendahnya kesadaran orang Israil pada jaman itu…

Pada tingkat itu, satu-satunya rasa yang dikenal oleh mereka adalah rasa cemburu “rasa cemburu”…Itu sebabnya Musa harus menggambarkan Tuhan sebagai Yang Maha Cemburu. Hal. 36 – 39.

Bantahan: Walaupun tuduhan itu dialamatkan kepada Nabi Musa as, namun Anand Kreshna sama juga menuduh Nabi Muhammad SAW dan ummat Islam, karena ungkapan tentang Maha Cemburu atau semacamnya itu juga disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Bukankah kemusyrikan yaitu menyekutukan Allah itu merupakan dosa terbesar dan tak diampuni bila pelakunya sampai meninggal tidak sempat bertaubat? Bukankah itu mengandung makan Maha Cemburu pula?

11. Kutipan: Ia menjawab saya, “Apabila Tuhan menghendaki”…Sebenarnya ia sudah bisa mengatakan “Tidak. Tidak bisa hadir”- selesai. Tetapi, ia harus menggunakan istilah “asing” dan memakai dalil “Tuhan”… Jujur saja, katakan pekerjaan itu diluar kemampuan Anda. Jangan menipu orang, jangan membohongi sendiri dengan ucapan “Apabila Tuhan menghendaki”. Hal. 40 – 41

Tanggapan:

Dalam ajaran Islam, kata “Insya Allah” merupakan ungkapan pengakuan ketidak berdayaan seorang hamba di hadapan kehendak Allah SWT dan do’a supaya diberi kekuatan dan taufiq untuk bisa menuanaikan janji dan tugasnya. Bukan basa-basi untuk mangkir janji. Dan ucapan insya Allah ketika menyanggupi sesuatu untuk masa mendatang itu diperintahkan langsung oleh Allah SWT: “Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: “sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besuk pagi, kecuali (dengan menyebut) : “Insya Allah”. (QS 18 Al-Kahfi: 23-24). Dalam kasus ini Anand Kreshna bukan sekadar melecehkan Ummat Islam namun melecehkan Allah SWT yang mengajarkan ucapan demikian terhadap nabi-Nya.

12. Kutipan: Itu sebabnya di tempat lain ia akan meletakkan peraturan-peraturan bagi penyembelihan hewan untuk upacara-upacara adat. Saya katakan “upacara adat”, karena spiritualitas tidak bisa, tidak akan membenarkan pembunuhan, walapun yang dibunuh, disembelih itu hewan. Lagi pula, apakah Tuhan membutuhkan pengorbanan hewan-hewan tak bersalah itu? Hal. 48

Tanggapan:

Dalam point ini agama asli Anand Kreshna secara tidak sadar nampak, bahwa ia seorang Hindu. Padahal dia sedang membahas Taurat, Injil dan Al-Qur’an. Karena hanya dalam ajaran Hindu larangan penyembelihan terhadap binatang itu dikenal, terutama terhadap sapi. Pada prakteknya, mereka pun tidak akan konsisten dengan ajaran ini. Apakah mereka tidak pernah membunuh lalat, kecoak, nyamuk yang menggigit mereka atau memotong pepohonan yang juga sama-sama makhluk Allah SWT.? Sama-sama bernafas? Kebenciannya terhadap aturan Allah SWT yang muncul dengan tulisannya itu sama dengan menyiapkan dirinya untuk mendapatkan adzab Allah di akehrat kelak, walau dia tidak mempercayainya. Bahkan adzab di dunia pun dia apabila terkena pasti tidak mampu menghindarinya, apalagi di akherat kelak.

13. Kutipan: Meditasi membuat Anda sadar akan jati-diri Anda. Kesadaran mengantar Anda ke pencerahan jiwa…Pencerahan jiwa memperluas pandangan manusia. Ia tidak akan berpikir sempit lagi. Pada etape itu, terjadilah dialog antara manusia dan apa yang anda sebut “Tuhan”. Bahkan sebenarnya, pada etape itu jiwa menyatu, bersatu dengan Tuhan, dengan Keberadaan, dengan Alam Semesta. Pada etape itu, sangat sulit memisahkan manusia dari Tuhan, Tuhan dari manusia. Pada etape itu sangat sulit memisahkan, yang mana kata manusia, yang mana firman Tuhan. Hal. 63

Tanggapan:

Ini adalah akidah wihdatul wujud, menyatunya makhluk dengan Tuhan. Kesesatan yang telah lebih dulu dianut oleh Ibnu Arabi, Al-Hallaj tokoh sufi sesat yang dibunuh oleh para ulama tahun 309H/ 922M di jembatan Baghdad. Faham itulah faham kemusyrikan yang sangat diberantas oleh Islam. Pelakunya adalah musyrik, akan kekal di neraka, apabila dia mati belum sempat bertaubat kepada Allah SWT.

14. Kutipan dari cerita Sufi yang ia sebut syarat dengan makna: “…Sewaktu menyemir sepatu hamba yang sudah robek, hamba baru sadar bahwa Ia (Tuhan, Pen.) sebenarnya berada dalam diri hamba sendiri. Sekarang hamba sudah tidak merindukan-Nya lagi. Hal. 66 -71

Tanggapan: Pelecehan terhadap Syari’at dan kenabian Nabi Musa a.s khususnya, sampai digambarkan: seorang gembala sufi yang mengatakan “ingin menyemir sepatu Tuhan, ingin membereskan tempat tidur-Nya dan memberi-Nya anggur serta buah-buah,” si sufi ini dianggap maqomnya di sisi Allah SWT lebih tinggi dibanding Nabi Musa a.s. Ini jelas-jelas melecehkan Nabi Musa as dan syari’atnya dan mengunggulkan kesufian. Sangat bohong dan dusta, seorang Anand Kreshna yang anti penyembelihan qurban tetapi sikap antinya itu ditulis dalam buku yang ia sebut apresiasi (penghargaan) terhadap Al-Qur’an. Sedangkan menyembelih hewan qurban itu jelas ada di dalam Al-Qur’an (QS 3:183; 5:27; 46:28).

Demikianlah aneka kesesatan telah mereka sebarkan secara tolong menolong antara yang berfaham pluralisme, hulul (incarnasi, melebur dengan Tuhan), wihdatul wujud (menyatu dengan Tuhan), sedang mereka itu ada yang beragama Hindu, ada yang mengaku Muslim dengan sering menjajakan tasawwuf, dan didukung oleh kelompok Katolik grup Kompas, yaitu Gramedia yang punya cabang di mana-mana.

Janganlah Ummat Islam terlena sedikitpun dengan kesesatan yang mereka jajakan setiap saat. Sebab, begitu terlena sedikit, kemungkinan kita bisa terseret sejauh-jauhnya, yaitu aqidah kita dari Tauhid menjadi syirik. Dari menuju ke surga berubah jadi ke neraka. Na’udzubillaah!.

Sikap Islam terhadap perusak ataupun penghina Islam.

Setelah kita mencermati aneka kesesatan dan penghinaan yang ditimpakan kepada Islam dan Ummatnya, maka kita perlu menyimak sikap Islam terhadap pihak-pihak yang memusuhi Islam seperti itu sebagai berikut:

Halal Darahnya:

Apabila seseorang sudah memenuhi syarat sebagai pelaku nabi palsu, atau berperan menghina, menyindir, mencela, atau merendahkan Allah SWT, ayat-ayat-Nya, Rasul-Nya, dan ajaran Islam; maka ia wajib dibunuh.

Syaikhul Islam Ibnu taimiyyah menukil perkataan Imam Ahmad: “Barangsiapa yang menyebut sesuatu yang mengejek Allah SWT maka wajib dibunuh, baik dia Muslim atau kafir. Inilah pendapat penduduk Madinah.” (As-Sharim al-Maslul, hal 555). Beliau juga menukil perkataan Imam Ahmad: “Siapa saja memaki Nabi SAW, baik Muslim atau kafir maka dia wajib dibunuh.” (as-Sharim al-Maslul, hal 558). (Lihat Majalah As-Sunnah, Edisi 09/ Th IV/ 1421-2000, halaman 37).

Allah SWT berfirman: “Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya, kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman.” (At-Taubah: 66).

‘Anis-Sya’bi ‘an ‘ali RA anna yahuudiyyatan kaanat tasytumun nabiyya SAW wa taqo’u fiihi fakhonaqohaa rojulun hataa maatat fa abthola Rasuululloohi SAW damaha.

Diriwayatkan dari As-Sya’bi dari Ali RA bahwa ada seorang Yahudi perempuan mencaci Rasulullah SAW, maka seorang laki-laki mencekiknya hingga mati, maka Rasulullah SAW membatalkan (tebusan) darahnya. (HR Abu Dawud, shahih).

Ini berarti orang yang mencaci Rasulullah SAW itu halal darahnya/ dibenarkan untuk dibunuh. (Tulisan ini hasil kerjasama para ustadz di LPPI).


[1] (Hadits ditakhrij oleh At-Tirmidzi dan An-Nasaa’i dari Ibnu Abbas, kata At-Tirmidzi ini hadits hasan).

[2] (HR At-Tirmidzi juz 4 hal 268, dari Ibnu Abbas).

[3] (Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin, Kaidah-kaidah Utama Masalah Asma’ dan Sifat Allah SWT, terjemahan M Yusuf Harun MA, Percetakan MUS, Jakarta, cetakan I, 1998, hal. 95).

[4] (Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin, ibid, hal. 102).

[5] (ibid, hal 103).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar