Kamis, 23 April 2009

Da Vinci Code Mengguncang Iman Kristiani

Novel Dan Brown, The Da Vinci Code, menguak sejarah Yesus dan Gereja yang selama 2000 tahun terkunci rapat. Otoritas gereja kelimpungan membuat tangkisan.

Novel bermuatan agama nampaknya selalu mengundang kontroversi. Ini juga berlaku buat novel The Da Vinci Code. Mungkin, karena kontroversial, novel keempat Dan Brown ini menjadi novel terlaris tahun 2003 dengan total penjualan 5,7 juta eksemplar. Rekor penjualan selama 10 tahun yang dipegang novel The Bridges Over the Madison Country karya James Waller yang terjual 4,3 juta eksemplar pun terpecahkan .

Sejak terbit Maret 2003 lalu, sampai sekarang The Da Vinci Code sudah terjual lebih dari 20 juta kopi. Sepanjang 2003-2004, bisa jadi inilah buku yang paling sensasional. Selama 56 pekan (1 tahun 1 bulan), ia bertengger di puncak daftar buku fiksi terlaris versi The New York Times. Kini penerbitnya, Doubleday, masih terus mencetak buku yang telah diterjemahkan ke dalam 40 bahasa itu.

Di Indonesia, buku impor yang dibanderol Rp 65.500 untuk versi soft cover dan Rp 265.700 untuk hard cover juga laku keras. Sejak diterjemahkan penerbit Serambi, Juli lalu, kini sudah mengalami 9 kali cetak. Apalagi, setelah belasan media cetak berbahasa Inggris mengulas isinya. Di toko-toko buku, The Da Vinci Code dipajang mencolok. Beberapa toko buku di Jakarta sampai kehabisan stok thriller fiksi itu.

Saking larisnya, Columbia Pictures sudah melepas banyak duit untuk membeli hak ciptanya. Bintang-bintang Hollywood, seperti Russel Crowe, George Clooney, dan Tom Hanks yang biasanya jual mahal kalau ditawari main film, kini beramai-ramai melamar jadi pemain. Sebuah tim solid dengan sutradara Ron Howard, penulis skenario kelas berat, Brian Grazer dan John Galley, tengah bekerja keras untuk film yang bakal dirilis ada awal tahun 2006 itu.
Trio Howard, Grazer dan Goldsman adalah orang yang sama yang telah melahirkan Beautiful Mind pada tahun 2001. Film yang dibintangi aktor Australia, Russel Crowe itu menyabet dua buah Academy Award. Tak heran apabila Columbia Pictures yakin film The Da Vinci Code bakal mengguncang pasar. Saking optimisnya, perusahaan film inipun sudah membeli hak cipta karya Brown lainnya, Angels and Demons.
The Da Vinci Code memang fenomena. Sejak nongol sampai sekarang, novel tersebut memicu terbitnya 10 buku “perlawanan”. Semuanya mencoba mematahkan argumentasi yang ada di dalam The Da Vinci Code. Salah satu buku tandingan itu, Fact and Fiction in The Da Vinci Code karya Steven Kellemeier, telah diterjemahkan oleh penerbit Optima Press, Jakarta, Februari lalu.

Tak cuma itu. Beberapa gereja lokal pun menawarkan brosur dan studi pendampingan bagi mereka yang usai membaca novel itu, dan mempertanyakan iman kekristenannya. Sejumlah negara juga melarang peredarannya. Salah satunya adalah Libanon. Otoritas keamanan negara itu melarang novel yang isinya dinilai sangat bertentangan dengan keyakinan penganut Yesus dan melawan otoritas Gereja tersebut.

Mengapa para teolog, pastor, dan pendeta kelimpungan hingga sampai sibuk memberikan tangkisan? Jawabnya, “Buku itu telah menyerang sendi-sendi iman Kristen, sebab itu kami mesti bicara,” kata Erwin Lutzen, pastor senior Moody Church di Chicago, Amerika Serikat, penulis The Da Vinci Deception, seperti ditulis International Herald Tribune.

Meskipun cuma fiksi, Dan Brown yang populer lewat novel Digital Fortress membuka lembaran pertama novelnya dengan judul “Fakta”, “Biarawan Sion, perhimpunan rahasia yang dibentuk pada 1099, adalah organisasi nyata. Pada 1975, Bibliotheque Nationale dari Paris menemukan perkamen yang dikenal sebagai Les Dossiers Secrets, yang mengidentifikasi sejumlah anggota Biarawan Sion, termasuk Sir Isaac Newton, Botticelli, Victor Hugo, dan Leonardo Da Vinci”. Pada akhir halaman ini, ditulis : “Semua deskripsi, arsitektur, dokumen, dan ritual rahasia dalam novel ini akurat.”

Sumber : Majalah Insani, April 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar